booty hot
Merdeka.com - Video Sex Merusak Moral Bangsa Darurat Seks Bebas Remaja Terungkapnya kasus video asusila pelajar sebuah SMP Negeri Jakarta pada bulan Oktober lalu, menambah panjang daftar video-video asusila pelajar di Indonesia yang tentunya menghadirkan keprihatinan. Bagaimana bisa pelajar yang masih usia remaja melakukan tindakan asusila di hadapan kawan-kawannya, dan bukan hanya sekali? Selain menyaksikan perbuatan mesum itu, sebagian dari pelajar itu juga merekamnya. Lebih prihatin lagi kejadian tersebut terjadi di lingkungan sekolah. Pertengahan tahun ini, masyarakat juga dibuat terkejut dengan kasus pelajar SMP di Surabaya yang menjadi mucikari untuk kawan-kawannya sendiri. Pelaku menawarkan siswi-siswi, yang merupakan teman sekolahnya, kepada lelaki hidung belang untuk menjadi PSK. Sementara itu, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat, mendapat temuan ada sekitar 7000 remaja putrid di bawah usia 18 tahun menjadi pelacur. Dari jumlah tersebut, 28 persen di antaranya masih duduk di bangku SMP dan SMA (klik-galamedia.com, 5/9). Sistem Rusak, Generasi Galau Menurut BKKBN jumlah remaja Indonesia yang mencapai 64 juta jiwa rentan menjadi pengguna narkoba, seks pranikah dan HIV/AIDS. Karena itu pihaknya berusaha akan mengawal remaja Indonesia agar dapat menghindari hal-hal tersebut. Namun sejauh ini upaya yang dilakukan pemerintah untuk menangani persoalan seks bebas di kalangan remaja belum menampakkan hasil yang optimal. Terbukti dari terulangnya kasus-kasus seks bebas dengan pelaku remaja. Hal itu terjadi karena penanganan yang dilakukan tidak menyentuh akar permasalahannya. Selama ini pemerintah hanya fokus pada pencegahan penyakit menular seksual (PMS), tapi bukan pada faktor-faktor yang mendorong munculnya perilaku seks bebas. Ada bebarapa sebab remaja di tanah air menjadi demikian permisif, serba boleh dalam pergaulan termasuk seks pranikah. Salah satu faktor utama adalah merosotnya kalau tidak bisa dikatakan hilangnya nilai-nilai agama dan moral. Mayoritas penduduk negeri ini adalah muslim. Akan tetapi ke-Islaman yang marak di negeri ini lebih tampak sebatas ritual belaka yang miskin dengan implementasi hidup Islami. Termasuk dan terutama dikalangan remaja. Akibatnya remaja muslim di tanah air menjelma menjadi generasi galau. Memperturutkan hawa nafsu termasuk nafsu syahwat. Banyak orang tua yang sudah merasa puas bila anaknya melakukan shalat, bisa membaca Al-Qur’an, dan menutup aurat. Akan tetapi orang tua dan masyarakat kurang peka dengan kemaksiatan lain seperti pacaran yang menjadi cikal bakal utama seks bebas. Padahal aktifitas asusila, seperti meraba lawan jenis, berciuman hingga berzina sudah dianggap hal yang biasa yang dilakukan para remaja. Merosotnya pemahan agama menyebabkan keimanan masyarakat juga semakin tipis. Tidak ada lagi perasaan takut pada remaja untuk melakukan perbuatan asusila karena dianggap sebagai trend dan gaya hidup masa kini. Orang tua juga tidak merasa berdosa membiarkan anaknya berpacaran dan masyarakat juga tidak menganggapnya sebagai permasalahan. Padahal keimananlah yang bisa menjadi rem penahan seorang muslim dari berbagai kemaksiatan termasuk perzinaan. Di sisi lain masyarakat juga makin tidak peduli dengan tingkah laku remaja. Kegiatan pacaran bahkan yang menjurus pada mesum terus dibiarkan. Akhirnya para remaja tidak malu lagi mempertontonkan tindakan asusila seperti berduaan, berpelukan bahkan berciuman dimuka umum. Keadaan ini semakin diperparah dengan masuknya tayangan pornografi dan pornoaksi ke tengah masyarakat. Dengan alsan seni dan budaya beragam tayangan dengan konten pornografi dan pornoaksi dapat disaksikan oleh remaja di ponsel-ponsel mereka. Padahal konten pornografi adalah stimulant/rangsangan besar bagi kawula muda yang baru memasuki usia pubertas. Masa diman hormon-hormon seksualnya tengah meluap. Pornografi dan pornoaksi menjadi legal di tanah air di bawah payung demokrasi. Dengan dalih kebebasan berekspresi dan seni, beragam jenis pornografi dan pornoaksi bertebaran di tengah masyarakat. Di sisi lain, kondisi perekonomian dan gaya hidup konsumtif juga membelit remaja. Kemiskinan yang menjadi alasan klasik yang mendorong remaja terjun ke dunia prostitusi. Di Bandung, ketika pemkot melarang praktek mengemis dan pengamen jalanan, banyak diantara pelakunya yang melakoni profesi PSK untuk menyambung hidup. Sementara sistem pendidikan yang ada tidak berhasil membentuk kepribadian yang berkrakter pada diri siswa. Bahkan, sistem pendidikan malah menanamkan nilai-nilai demokrasi dan liberalism, disadari atau tidak, yang memberikan “pembenaran” kepada kebebasan remaja. Para remaja yang melakukan tindakan asusila biasyanya hanya dikenakan sanksi wajib lapor dan mendapat pembinaan. Tanpa sanksi yang memberikan efek jera. Pantas bila makin banyak remaja di tanah air berada dalam darurat seks bebas. Persoalan di atas merupakan cerminan moral bangsa ini, khususnya kaum remaja yang menjadi generasi penerus dan penyambung cita-cita Negara. Sudah saatnya kita berbenah atau akan hancur. “Jika telah Nampak zina dan riba di satu negeri, maka sungguh penduduk negeri itu telah menghalakan bagi diri mereka sendiri azab Allah.” (HR. Hakim) Jika kita bertanya, bagaimana solusinya? Islamlah jawabannya. Islam menyelamatkan.
0 komentar:
Posting Komentar